Rabu, 15 September 2010

mulutmu pedangmu



Seorang teman cakap sekali dia, tanggap dalam melihat masalah dan mampu mengupasnya dengan kata2 yang baik. Dalam setiap postingannya atau pun nasehat2nya di FB atau di Blognya, tak lupa menaruhkan ilmunya yang ruaaaaaaaar biasa. Karena lingkungan kecil kami, gesekan gesekan itu selalu terjadi, dan boleh dibilang hanya orang2 yang pintar dan bijak yang mampu membawa diri juga menata hati. Bagaimana tidak, kita hanya diam, disela teman2 kita bercanda ria dan tertawa senang, bercerita dan saling berseloroh? Alhasil semua pasti percaya, mana tahan untuk tidak kumpul2 dan menyatu dengan teman2 yg notabene satu profesi, misalnya  ibu rumahtangga, dgn suami yg satu kantor lagi. Atau dengan tetangga satu deret kampung..
Dan sang teman tadi selalu dan selalu kalau tak mau dibilang sering, dia mengangkat tema yang paling tajam “pergunjingan”. Bila materi (the topic of the day is ….) masalah diomongin orang dia banyak rujukannya, baik Al Qur’an ataupun hadist bahkan pendapat ulama.
Kita berhenti disini, tolong dicerna bahwa saya menulis tidak membawakan satu tokoh, yaitu misalnya A, tidak begitu! Tokoh ini ada di sekitar kita, atau bahkan kita sendiri…OK mari kita lanjutkan.
Perilaku yang menarik dari sang teman tadi, dia begitu matang dalam materi, bahkan bila disuruhkannya untuk membuat ceramah, maka materi itu akan begitu melekat dalam ceramah atau kultum yg dibawakannya. Hanya sayang, sayang menurut saya, bila dia kita ajak bicara, dan maaf ngomong, jika kita ngerumpiin satu orang, apa yg terjadi maka berbusa busa bahkan mungkin kita aja kagak tahu malah dia lebih tahu..ckckckckckck…
Sedih, suwer sedih banget punya teman seperti itu, dan paling sedihnya ketika sampai seorang teman terucap, “Dia kan dah sekolah tinggi, pintar, ilmunya banyak,…..kok ngga mengamalkan ilmunya yah,…sadar apa nggak dia yah??” Mungkin kalau satu dua kali tak menjadi masalah, mungkin dia khilaf, tapi sampai terucap kata teman seperti itu, sang teman yang cakap itu tak merasa dirinya salah..eh apa iya yah…
Kadang2 saya suka nyentil sendiri didepan dia, tapi kayaknya ngga berasa, mungkin karena saya kurang begitu peka dgn keadaan,  tidak seperti dia yg peka banget apa pekak yah xixixixi…Kadang berpikir, nich orang musti diapain, biar dia tahu kalau dia tuh salah,..tapi karena dia sudah di kuliahan tinggi dibandingkan diriku, pikiran itu tertepis dgn ucapan,..”Well, ngapain ngurusin orang! Diri sendiri aja kagak keurus..”
Jadi keingetan satu pesan guru, “Janganlah kita merasa bukan bagian dari apa yang dibicarakan Al Qur’an, ketika Al Qur’an berbicara tentang Yahudi, maka bisa jadi otak dan prilaku kita pun sudah mirip Yahudi, maka Allah SWT ingatkan kita, begitu juga ketika berbicara munafik, jgn berpikir "Akh itu mah bukan saya!!", tapi bisa jadi bibit penyakit munafik itu sudah ada dalam diri kita, atau bahkan kita sudah menjadi munafik sejati, Naudzubillahi min dzalik”..
Hiiiiiiiiiii ngeri nya yah..
Maka, carilah kawan yang kita bisa sandarkan tubuh kita ke dadanya, dan kita mintakan nasehatnya, “Nasehatilah aku..!!!”. Agar hati ini tidak berkarat untuk menerima hidayah Nya… Beratus2 buku agama atau genre pendidikan moral telah terbaca, namun bila hati belum teduh dengan iman Nya tak akan meraih surga Nya. Walau telah berbusa-busa mulut berbicara tentang akhlak dan prilaku baik, namun bila prilaku kita tak beranjak dari tempat yg kelam, mana mungkin bisa meraih ke ruangan yang terang…
Jaga Mulutmu, karena itu harimaumu..
Jaga Hatimu, karena itu pedangmu..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar